SURGA TANPA CINTA



Setelah kemarin saya memposting sebuah puisi berjudul RUMAHKU, CINTAKU , kali ini saya akan bagikan sebuah cerpen karya saya sendiri juga. Cerpen ini merupakan hasil adaptasi dari sebuah cerpen seorang teman saya, Rizky Putri Ariani yang telah di posting oleh Muhammad Ridho dalam blog pribadinya Yakusa Blog
Baiklah, tak perlu panjang lebar karena ini bukan ceramah atau sejenisnya. berikuut cerpen yang berjudul SURGA TANPA CINTA.

Siang itu, sepulang sekolah Putri mendapatkan sesuatu yang tak diduga, dipikirkan, sekaligus tak diinginkan olehnya. Ibunya. Ya, ibunya kali ini datang menjemputnya ke sekolah. Entah mengapa
            Dari kejauhan,  Bu Laksmi, ibunya putri telah memanggilnya berkali – kali, bahkan memberi  isyarat berupa lambaian tangan. Tetapi, Putri berpura – pura tak mendengar atau melihatnya. Iia tetap asyik bercakap – cakap dengan temannya sambil berjalan pulang.
            Dalam hati, Putri masih sakit hati atas tindakan ibunyakemarin yang telah memakinya dan merusak beberapa peralatan sekolahnya dan membakarnya. Hanya karena masalah sepele, sebagian peralatan sekolahnya berubah menjadi abu dalam sekejap.
Saat itu, Bu Laksmi menyuruh Putri untuk berbelanja sesuatu ke warung Bu Maryo. Namun, putrid tak mau. Ia sedang mengerjakan PR Matematikanya. Bu Laksmi terus menyuruh Putri tanpa peduli dengan jawaban anak perempuannya itu. Akhirnya, karena merasa jengkel, Putri malah membentak ibunya dari kamarnya.
            Kemarahan Bu Laksmi memuncak karena tak disangkanya Putri berani membentak dirinya. Dari dapur, Bu Laksm mendatangi kamar Putri dan merusak beberapa peralatan sekolah milik Putri yang saat itu sedang digunakan oleh Putri. Buku, dan beberapa seragam  sekolah menjelma menjadi abu atas kemarahan Bu Laksmi. Putrid yang sakit hati atas tindakan ibunya,, pergi dari rumah dengan suasana hati yang panas
            Setelah sehariaan pergi dari rumah, Putri kembali setelah Maghrib. Tanpa sepatah kata pun, ia langsung masuk ke kamarnya tanpa mempedulikan ibu, ayah dan kakak lelakinya. Tidur adalah jalan terbaik baginya untuk melupakan masalah yang dihadapinya saat itu.
Keesokan harinya, putrid berangkat ke sekolah dengan seragam pemberian Ririn sahabatnya. Seragamnya yang kusut selaras dengan wajahnya ynag murung. Tidur terlalu dini dan bangun terlambat membuatnya tak sempat menyetrika seragamnya.
Hanya berkat dukungan dari teman – temannyalah, Putri yang berangkat sekolah dengan wajah murung dapat melupakan masalahnnya sejenak. Dan sekarang sepulang sekolah, masalah itu seolah diangkat lagi ke permukaan. Wajah Putri tiba  - tiba terlihat penuh dendam dan kebencian ketika ia bertemu dengan ibunyaa di gerbang sekolah. Ibunya mendatanginya dan mengajak pulang bersama. Semua teman – temannya undur diri setelah  Bu Laksmi menghampiri Putri seakan menyuruhnya untuk meminta maaf pada ibunya.
***
Setelah cukup lama menunggu di halte, tak ada lagi orang di sana kecuali dua orang pria kumal yang duduk tak jauh dari mereka berdua. Bu Laksmi mengajak Putri untuk pulang dengan berjalan kaki saja. Dengan kesal putri bernjak dari kursi tunggu. Namun, ketika Putri hendak berdiri, pria yang duduk paling dekat dengannya menodong dengan pisau.
Bu Laksmi yang menjadi saksi penodongan itu marah dan menyerang keddua berandalan tersebut sambil menyuruhh Putri untuk lari.  Sementara, putri hanya berdiam diri di tempatnya bahkan ketika ibunya tertusuk pisau berandalan tersebut.
Lima detik Putri terdiam setelah ibunya ditusuk pisau memberikan kesempatan pada berandalan tersebut untuk kabur membawa barang jarahannya. Tak terasa benda bening mengalir di pipinya menyaksikan darah membanjir di tubuh ibunya yang tergeletak tak bedaya. Ia seakan tak dapat bergerak lagi.
Bu Laksmi meninggal karena kehabisan darah ketika dibawa ke rumah sakit. Berita itu membuat Pak Bram, suaminya merasa terpukul. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ricky, kakak Putri. Kerabat, guru, dan sahabat  - sahabat Putri dan Ricky datang untuk berbela sungkawa sambil mendoakan supaya arwah Bu Laksmi dapat diterima di sisi-Nya.
Keesokan harinya, ketika hendak menyuguhkan kopi untuk ayahnya seperti biasanya, Putri menemukan sesosok mayat bersimbah darah di kamar orangtuanya yang tak lain asalah ayahnya sendiri. Ayahnya yang ia kenal sebagai orang yang ringan tangan itu mengakhiri hidupnya setelah istrinya tercinta tewas dibunuh.
Putri histeris melihat mayat ayahnya tergeletak di lantai kamar. Kakaknya yang segera datang langsung memeluknya untuk menenangkannya dan memberi pengertian.
Putri hanya bisa menangis lagi menyaksikan jasad ayahnya dikubur di samping makam ibunya yang baru kemarin dikuburkan. Kesehatannya mulai menurun setelah kedua orangtuanya pergi untuk selamanya. Ricky terpaksa tak masuk kuliah untuk menjaga adiknya. Sahabat Putri pun silih berganti menjenguk dan memberi semangat padanya.
Dan suatu hari di suatu tempat yang saat itu sedang turun hujan, air yang berjatuhan dari langit berubah menjadi merah setelah menyentuh bumi. Di suatu gang perumahan yang sempit, dekat dengan got, seorang anak perempuan berusia 16 tahun tengah mengayunkan pisau ditangannya yang akhirnya menembus leher seorang pria kumal. Seorang temannya telah berubah menjadi potongan – potongan daging. Tak lama kemudian yang satu lagi menyusul menjadi danging potong. Dan Putri tersenyum senang  setelah membalaskan kematian orangtuanya.
Singkawang, 28 April 2017
 21:00

0 komentar:

Posting Komentar